Catatan Isfandiari Dari TMS 2011, Biker Jepang Fashionabel dan Taat Hukum
Anda beruntung sekali! Banyak
pendatang harus extra stay untuk mendapatkan view seperti ini. Biasanya
atap Gunung Fujiyama tertutup awan, kini sangat cerah. Dia tidak malu
mempertontonkan keindahannya!,” buka Mr. Sam dan Kurnia, tur guide pada
rombongan Indonesia.
Yap, hari itu, cuaca di sana sangat cerah.
Walau temperatur ada di kisaran 6 derajat celcius, anginnya tidak
kencang hingga dinginya nggak menusuk tulang. Itulah kesan sekaligus
hari pertama MOTOR Plus berada di Jepang (29/11)
Memasuki zona
paling akhir ber-kendara di kaki gunung ini tidak mudah. Jika cuaca
tidak mendukung, pelancong hanya diperbolehkan di zona terbawah karena
jalanan sangat licin dan berbahaya jika tertutup salju. Bersyukurlah
kami bisa sampai ke zona paling atas dan dihadiahi lonceng keberuntungan
oleh penjaga gunung di sana.
Di moment ini, saya belum banyak
menyaksikan dinamika biker di Jepang. Maklum udara dingin kemungkinan
membuat jarang peturing datang ke wilayah ini. Saya menjadi tidak
sabaran untuk segera memasuki kota Tokyo dan melihat seperti apa
kehidupan harian biker Jepang.
Penasaran ini wajar bagi biker
Indonesia, sebab Jepang punya tempat khusus bagi para psychocycle Tanah
Air. Selain motor buatan Jepang sudah mendarah daging bagi kita, style
fesyen dan aliran customized berjuluk Jap’s Style tentunya akrab di hati
kita.
Penasaran itu langsung terbayar saat kami memasuki rush
hour alias jam sibuk di beberapa distrik terkenal dunia, yakni daerah
Sinjuku, Asakusa, Ginza, Harajuku ataupun zona Ueno di pusat kota Tokyo.
Ini adalah red zone di kawasan terkenal Kabukicho, Sinjuku(kiri atas).Susanto ‘Yayank’ Gunawan dan Johny Lipurnomo, Pemenang Yamaha Cuzztomatic 4 mengagumi motor cargo di kawasan Sinjuku(kanan atas). Rico Land, sambil cari variasi, pengunjung bisa lihat motor diperbaiki(kiri bawah). Supercup ‘tertangkap’ kamera di pasar tradisional Asakusa, pinggiran kuil Sensoji(kanan bawah).
Helm yang dikenakan juga serasi. Untuk penyuka motorsport, dandanan ala racing dan sport turing jadi keharusan. Untuk aliran chopper, motor laki retro, helm cetok warna-warni bahkan terkadang glitter melintas di pusat kota.
Sipnya, kebutuhan apapun bagi biker memang tersedia lengkap. Salah satunya lokasi yang saya kunjungi bersama rekan-rekan berjuluk Rico Land di pinggiran Tokyo yang membuat siapapun biker betah berlama-lama di lokasi ini.
Terus terang kalau sekadar betah memang, tapi kalau harga? Tunggu dulu! Buat biker yang doyan belanja ala underground di seputaran Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya atau tempat lain, harga di Rico Land termasuk fantastis. Sekarang gambaran, handgrip retro ada di kisaran 3.000 yen atau Rp 360 ribu .
Yah, pokoknya cenderung lebih mahal dari tempat kita di Indonesia. Hal yang bisa diambil hanya pada cara mereka mengemas toko ini. Seluruh aliran diakomodir. Sportmania sampai peturing die harder disediakan. Jaket untuk chopperis Harley-Davidson style sampai motor Inggrisan ada di situ.
Paling sip lagi, toko ini bersebelahan dengan bengkel yang ditata apik dan resik. Sampai duduk santai dan melihat variasi unik, mereka bisa sambil menyaksikan motornya diperbaiki. Tentu bagi biker di sana, Rico Land bukan satu-satunya tujuan.
Kami juga punya kesempatan diajak hangout ke pasar rakyat di daerah Ueno. Di sini harga memang lebih murah, mirip zona Kebayoran Lama, Jakarta atau di kawasan Gedebage Bandung atau pasar rakyat di daerah lain. Walaupun banyak yang seken, kualitasnya baik.
MOTOR Plus di Kuil Sensoji, Asakusa Tokyo(kanan). Tak mau merugikan orang dan melanggar hukum, biker Jepang selalu menuntun motornya di trotoar atau lokasi sempit(kanan).
Dibanding di Sinjuku atau Rico Land, barang di sini tergolong lebih murah. Ada lagi yang berkesan soal kehidupan biker di sini. Motoris Jepang, walau gandrung gaya dan custom, rata-rata sangat taat hukum. Selain peranti safety dan keamanan berkendara yang memang sudah lengkap, mereka juga nggak ada yang terlihat riding ugal-ugalan.
Terbukti memang! Beberapa tabiat berkendara mereka juga sempat saya abadikan. Seperti ketika ingin memasuki gang yang banyak orang, mereka dipastikan akan langsung turun dan menuntun motornya. Begitu juga kalau terpaksa akan pindah jalur atau masuk ke trotoar, me-reka akan turun dan mendorong motornya untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Kata Bro Sam, guide kita yang bermukim di Tokyo, selain peraturan di sana memang ketat, pola pikir orang Jepang rata-rata sangat berempati dengan keselamatan orang lain. “Kalau Anda lihat orang Jepang menutup mulutnya dengan saputangan, itu artinya dia sedang sakit flu dan nggak mau menularkan virus itu pada orang lain,” katanya.
Ooo.. Sama juga ketika mereka turun atau menuntun motor di trotoar atau gang sempit ya! Itu artinya mereka memang ingin meminimalisir kemungkinan menabrak orang lain.
Salut! (motorplus-online.com)
0 komentar:
Posting Komentar